O2SN adalah Olimpiade Olahraga Siswa Nasional, sebuah kompetisi tingkat
satuan pelajar secara nasional yang diagendakan mulai dari
sekolah-kecamatan-kebupaten-provinsi-nasional.
Kegiatan ini adalah ajang kompetisi bergengsi karena melibatkan para
pelajar-pelajar terbaik di bidang masing-masing dalam skala nasional, sama
halnya seperti Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan Festival Lomba Seni Siswa
Nasional (FLS2N).
Setiap daerah selayaknya mempersiapkan tim masing-masing dengan baik
karena tentu akan mengangkat pamor daerah yang menang. Lain halnya dengan
Kabupaten Toba Samosir, dalam hal ini ditangani oleh Dinas Pendidikan yang sepertinya
tidak peduli atau cuek terhadap O2SN
ini. Hal ini terbukti dari kesiapan Dinas Pendidikan dalam menyikapi lomba ini.
Sewajarnya sudah melakukan seleksi tingkat sekolah dan kabupaten untuk
dikirim nanti mewakili kabupaten di tingkat provinsi. Tapi hal itu tidak
berjalan. Terjadi penunjukan langsung tanpa adanya seleksi. (padahal tentu ada
dana dari APBD untuk penyelenggaraan kegiatan ini).
Ada 2 hal yang saya soroti karena menyangkut siswa saya:
1. TIM KARATE
Setelah mendapat penunjukan dari Dinas Pendidikan melalui sekolah bahwa
siswa saya yang menjadi perwakilan Toba Samosir di tingkat Provinsi, saya ambil
2 sikap, yang pertama bisa menerima
dan yang kedua bertanya kenapa tidak
atlet karate Tobasa saja karena khusus atlet Karate di Tobasa sangat banyak
bahkan sudah berprestasi di tingkat nasional. Tapi kemudian saya tetap
mempersiapkan siswa dalam mengikuti kegiatan itu dengan mendatangkan pelatih. Tapi
selang beberapa hari kemudian, ada informasi bahwa akan ada seleksi. Ini adalah
inkonsitensi atau ketidakpedulian Dinas Pendidikan dalam menyikapi O2SN, ragu
terhadap keputusan. Dan ternyata tidak ada juga konfirmasi dari Dinas
Pendidikan ke sekolah tentang adanya seleksi ini. Artinya seleksi berjalan tapi
siswa yang dihunjuk untuk Tim Karate juga tidak dikonfirmasi bahwa mereka harus
ikut seleksi. Akhirnya sebagai bentuk protes maka siswa saya, tidak saya
ikutkan dalam proses seleksi tersebut karena tidak ada informasi dari Dinas
Pendidikan.
2. TIM BADMINTON
Dua orang siswa saya, juga dihunjuk mewakili Toba Samosir dalam
pertandingan badminton. 1 tunggal putra dan 1 tunggal putri. Ini sudah
dipersiapkan dengan baik dan berlatih secara terus menerus. Hingga akhirnya
ketika tim ini berangkat ke Brastagi sebagai tuan rumah penyelenggara lomba, ternyata hanya tunggal putra yang
dipertandingkan sementara tunggal
putri tidak ikut. Bagaimana bisa ini terjadi? Kenapa ada mis komunikasi
terlalu jauh antara Dinas Pendidikan dengan panitia? Seandainya Dinas
Pendidikan Tobasa peduli terhadap hal-hal seperti ini maka tentu tidak akan
terjadi. Hari itu juga pemain tunggal putri dipulangkan dari Brastagi, tanpa
mereka peduli bagaimana kecewanya siswa saya tersebut
menjadi korban akibat ketidakpedulian Dinas Pendidikan dalam menyikapi lomba
ini.
Saya pernah dengar cerita dari guru yang mendampingi siswanya ikut lomba
serupa di tingkat Nasional, bagaimana Pemda daerah mereka sangat mendukung. Tentu
transportasi, akomodasi dan uang saku juga diberikan, artinya daerah
benar-benar memberikan support yang optimal. Kemudian bagaimana dengan Tobasa??
Semuanya tidak jelas sampai hari H… bagaimana bisa menjadi juara tanpa
persiapan dengan baik!!!
Tobasa Bangkitlah dari Tidur…!!!
Kabupatenku, bergeraklah!
Mari bangun semangat kompetitif untuk para pelajar, demi masa depan
cemerlang.
Salam
[penulis: pemerhati pendidikan di Toba Samosir]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar