Selasa, 03 Agustus 2010

AKU TERSADARKAN

Tak ayal hati hancur walau sesaat ketika aku membaca wall-mu. Terbersit pikiran yang langsung merambah jauh ke luar mencari kebenaran yang sempet tertelisik oleh nalarku. Dengan lincah tangan kananku memainkan mouse kesayanganku, klik nama-mu dan melihat dengan leluasa segala aktivitasmu. Sepintas terlihat semua terjadi dengan wajar-wajar saja tetapi hati yang sudah seharusnya layak untuk kamu miliki ini gag bisa dihobongi. Aku dipaksa untuk membaca isi wall itu dan berusaha untuk memaknainya. Dalam sekejap berpikir, aku memahami dan berusaha merangkai kronologis kejadiannya. Detik demi detik kutarik ulur hingga tiba pada waktu yang menurutku tepat untuk menganalisisnya. Tak sampai hitungan menit aku langsung menarik kesimpulan atas semua yang terpampang dihadapanku. Sangat sulit meyakini kesimpulan yang aku buat, tapi aku yakin bahwa itulah faktanya.




Merasa tidak nyaman dengan fesbuk-mu itu aku menulis sesuatu di wall-mu. Awalnya aku gag peduli tentang responmu, toh apa yang aku tulis adalah ungkapan yang tiba-tiba muncul dalam benakku, walau aku sendiri tak yakin sepenuhnya juga akan sikapmu. Ternyata aku salah, kau menanggapinya dengan sedikit aneh dan makin aneh lagi dengan reply wall-mu itu. Aku orang yang tidak mau ribut dengan sesuatu yang tidak pantas untuk diributin maka aku berinisiatif untuk mendelete postingan wall ku tersebut. Malamnya aku sms dirimu dan minta maaf jika tidak berkenan atas postingan sebelumnya dan yaa.., kau memaafkan aku. Antara pantaskah aku untuk minta maaf atas hal se-sepele ini bukanlah pertimbanganku saat itu selain aku harus menunjukkan sikap kedewasaanku samamu.

Dia yang nanya aku melalui message, dan hal itu semakin menguatkan dugaanku. Setidaknya aku mempunyai 3 hal penting yang mendukung kesimpulan yang telah aku buat sebelumnya. Pertama, isi wall-mu. Kedua, status fesbuknya. Ketiga, isi messagenya. Aku jawab saja sekenanya dan ternyata dia membalas balik dan isi balasaannya yang ketiga sangat-sangat membuat aku terperangah dan sempat berpikir atau mereka ulang atas kejadian beberapa bulan silam. Tapi aku gag sanggup untuk melakukannya, aku tak berdaya jika harus berpikir keras mengatasi ini. Batinku menjerit membalas messagenya dan seketika berteriak keras, tak peduli sama orang-orang yang berada di sekelilingku. Aku percaya sama dirimu dan aku juga percaya sama isi messagenya, suatu hal yang sangat kontradiktif sebenarnya tetapi itulah realitanya.
Tak ayal hanya janji dan kepercayaan yang kau berikan itu yang membuat aku tegar sampai sekarang, walau aku sadar bahwa sudah ada laba-laba membangun jaring di belakangku untuk membungkus diriku sehingga menjauh dari hadapanmu. Tapi aku berpikir, berpikir bodoh malah “apalah gunanya itu semua jika aku musti dan harus percaya sama-mu, tak ada yang mampu mengalahkan rasa cintaku sama-mu”. Apapun itu!!!




Tidak ada komentar:

Translate
TINGGI IMAN - TINGGI ILMU - TINGGI PENGABDIAN

Visitor