Selasa, 13 April 2010

MENGIKUTI JEJAKNYA (1 PETRUS 2:19-23)



Shalomm… temen-temen semua dan berharap Sukacita dari Kristus senantiasa menyertai kita. Tulisan berikut ini merupakan kotbah ketika saya mengikuti Kebaktian Minggu di GII Dago, Bandung pada Minggu 11 April 2010 yang lalu. Semoga setiap orang yang membaca, terberkati (Amin).

Selama kita masih hidup di dunia ini, kita akan mengalami yang namanya penderitaan. Ada banyak penyebab seseorang menderita. Ada yang menderita akibat dosanya sendiri. Yang lain akibat cara hidup yang tidak bijaksana. Sebagian lagi menderita karena system dunia yang rusak/karena orang lain. Dalam bagian ini, Rasul Petrus membahas penderitaan yang terjadi bukan karena kesalahan sendiri tetapi justru karena berbuat baik. Hal itu telah dicontohkan oleh Kristus. Ia tidak pernah berbuat jahat namun menderita bagi umat manusia. Jika kita mengikuti teladan Kristus, maka kita akan mengalami hal yang sama. Kita berbuat baik, namun bukan penghargaan yang kita terima melainkan penganiayaan dan penderitaan.

Konteks bagian ini adalah ketaatan. Taat kepada otoritas yang lebih tinggi demi Allah (13). Ketaatan adalah tindakan mewujudkan kehendak Allah (15). Sebagai aplikasi yang relevan dengan konteks situasi masa itu, Petrus menyasar pada kalangan hamba. Pada masa itu terjadi kegelisahan di kalangan hamba karena sejumlah hamba yang menjadi Kristen mengganggap bahwa oleh karena mereka telah menjadi hamba Kristus, maka mereka sekarang bebas dari tuan mereka. Mereka tidak lagi perlu taat. Bahkan ada orang Kirsten yang memprovokasi hamba-hamba agar melarikan diri dari tuannya. Petrus tidak menyetujui hal ini. Petrus tidak mengajarkan orang Kristen agar lari dari dunia. Hamba tidak perlu berhenti menjadi hamba tetapi sebaliknya menjadi hamba yang lebih baik sekalipun tuan mereka jahat. Kalaupun mereka harus menderita, mereka harus yakin bahwa itu bukan karena kesalahan mereka, tetapi karena ketidakadilan tuannya. Penderitaan seperti itulah yang patut dipuji.


Untuk mempertegas uraiannya, Petrus mencontohkan Kristus sendiri yang menderita. Uraiannya dekat dengan yang tertulis dalam Yesaya 53. Mungkin Petrus mengutip hymne gereja mula-mula. Kristus sebagai hamba yang menderita dalam dunia karena ketaatannya kepada tuannya (Bapa di Surga). Menjadi hamba Allah tidak membebaskanNya dari penderitaan, justru mengantarnya kepada jalan penderitaan. Namun penderitaan itu mendatangkan keselamatan bagi manusia. Jadi Yesus adalah contoh sempurna orang yang benar yang menderita karena kejahatan manusia demi kebaikan orang yang membuatNya menderita. Petrus sengaja menempatkan hymne ini untuk menjadikan Yesus Kristus sebagai teladan kita. Teladan dalam hal sikapNya menghadapi penderitaan. Petrus ingin mengatakan bahwa kalu Kristus saja rela menderita karena ketidakadilan demi kebaikan umat manusia, mengapa kita tidak mau menjalani yang sama demi kebaikan orang lain?
Oleh karena Petrus menganggap semua orang Kristen adalah hamba Allah (2:16), maka nasihat ini berlaku bukan hanya untuk hamba tetapi juga buat semua orang Kristen. Orang Kristen yang patut dipuji adalah orang Kristen yang menanggung penderitaan yang tidak patut ia tanggung dengan tekun. Ia “sadar akan kehendak Allah” (19, ter.NIV: conscious of God), maka maksudnya ia menerima dengan penderitaan dengan iman bahwa Allah tahu dan berbagian di dalam penderitaannya.
Lebih lanjut Petrus menyebut penderitaan itu sebagai panggilan Kristen (21), suatu keniscayaan yang harus diahadapi. Itu sebabnya adalah keliru mengatakan bahwa ikut Yesus bebas dari penderitaan. Ketika kita memutuskan untuk menjadi orang Kristen, pada saat itu kita terima dua panggilan: bersaksi dan menderita. Bersaksi tentang kebenaran. Oleh karena duania membenci kebenaran dan menolak kita maka kita akan mengalami penderitaan.




Tentu yang dimaksud bukan asal menderita. Tidak semua penderitaan itu sesuai dengan panggilan Tuhan. Kita dipanggil untuk menderita karena alasan yang benar dan untuk tujuan yang baik. Jadi penderitaan kita itu patut untuk dipuji jika alasannya benar dan tujuannya baik. Kalau kita menderita (di penjara) karena menipu orang (alasan yang salah), maka itu tidak dapat dipuji. Tetapi kalu hamba Tuhan di Negara komunis di penjara (dianiaya menderita) akrena memberitakan injil (alasan benar) maka itu patut dipuji.

Selain sikap bertekun di dalam menghadapi penderitaan, yang patut dipuji adalah orang Kristen yang menghadapinya seperti Kristus menghadapi: “ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam….” (23a). Kristus tidak membalas yang jahat dengan yang jahat, tetapi membalas yang jahat dengan yang baik. Bahkan Ia masih mengatakan, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.


Dasar dibalik sikap Kristus itu adalah keadilan Tuhan. “…. Tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (23b). Ia percaya kepada keadilan Allah. Hukuman dan upah datangnya dari Allah. Allah yang berwenang menghukum orang fasik. Ia juga tidak akan melupakan untuk mengangkat orang benar.


Tidak ada komentar:

Translate
TINGGI IMAN - TINGGI ILMU - TINGGI PENGABDIAN

Visitor