Rabu, 28 Oktober 2009

Yesus Membasuh Kaki Muridnya

Injil synopsis adalah injil yang hampir bersamaan isinya yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Namun ada hal yang unik dalam injil Yohanes karena tidak semua Firman yang ada di Yohanes ada di injil synopsis lainnya. Selain itu injil Yohanes diberitakan dalam sastra komunikatif antara guru dan muridnya sedangkan ketiga injil yang lain lebih condong ke dalam bentuk perumpamaan.




Dalam Yohanes 13 ayat 1-20 tentang Yesus membasuh kaki murid-muridNya. Firman ini hanya ada dalam kitab Yohanes. Firman itu menceritakan saat-saat terakhir Yesus bersama murid. Yesus mengalami pergumulan, Ia telah mengajarkan banyak hal kepada muridNya. KasihNya telah tercurah kepada para murid sebagaimana disebutkan dalam ayat 1 perikop ini “Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Karena kasihlah sehingga Yesus membasuh kaki muridNya. Kalau kita lihat kepada adat tradisi Yahudi maka yang dibasuh seharusnya yang lebih tinggi derajatnya dan yang membasuh adalah yang lebih rendah derajatnya. Atau dalam tradisi kuno maka orang muda yang harus membasuh kaki yang lebih tua tapi yang terjadi dalam nats ini justru sebaliknya. Cerita tentang murid juga kita ketahui ketika mereka mencari siapa yang paling besar diantara mereka dan tidak ada seorangpun yang mengaku yang lebih kecil. Namun satu hal yang patut di puji dari sifat Yesus adalah Dia mau meninggalkan atau melepaskan jubahNya dan menggantikannya dengan kain lenan. Dalam tradisi kuno hal itu menunjukkan bahwa Yesus saat itu melepaskan kebesaranNya.


Ada sebuah cerita pengkotbah ketika saya mengikuti kebaktian sore di HKBP Bandung Riau yang menceritakan bahwa saat pertama kali masuk Duta Wacana di Yogyakarta maka hal yang lajim dilakukan adalah kakak kelas akan membasuh kaki adik-adik tingkatnya. Kegiatan membasuh kaki ini berlangsung secara terus menerus dan menjadi tradisi. Namun nilai yang perlu diambil dalam tradisi membasuh kaki adalah bahwa kegiatan membasuh kaki bukan seremonial belaka karena kakak kelas juga harus bertanggungjawab untuk membantu adik-adiknya dan bekerjasama dalam sehari-harinya.
Yesus membasuh kaki murid-muridNya agar para murid menjadi suci karena jika tidak maka mereka tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan sorga. Kaki adalah lambang kekotoran. Dalam ayat yang 17 dinyatakan “Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya”. Yesus menyuruh kita untuk melakukan seperti yang telah diteladankanNya kepada kita. Kita perlu untuk melakukan refleksi pribadi. Sejak kecil kita sudah mengenal firman Tuhan dan bahkan sering mengucapakannya namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita telah melakukan Firman dengan senang hati, tulus, ikhlas dan tanpa mengharapkan jasa/imbalan akan keselamatan?
Dalam sebuah siaran televisi yang berjudul “Masihkah Kau Mencintai Aku?” menceritakan kehidupan sebuah rumah tangga. Suatu hari pembantunya mudik karena orang tuanya sedang sakit. Sejak itulah timbul prahara dalam rumah tangga tersebut. Konflik timbul karena tidak ada lagi yang membuat kopi, menyiapkan sarapan, merapikan tempat tidur, menyapu rumah dan beberapa hal lainnya. Sang suami dan istri saling cuek akan siapa yang bertugas untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Mereka lupa satu hal penting dalam kehiduan rumah tangga yaitu suami istri harus hidup saling melayani. Dalam kehidupan muda-mudi juga tak jarang hal ini terjadi dan menimbulkan konflik. Mereka pacaran namun mereka saling cemburu akan satu sama lain ketika salah seorang dari mereka dekat dengan lawan jenisnya. Pernahkah kita menyadari bahwa kedudukan dapat menimbulkan perpecahan?


Tidak ada komentar:

Translate
TINGGI IMAN - TINGGI ILMU - TINGGI PENGABDIAN

Visitor