Rabu, 07 Oktober 2009

LABELING

Labeling adalah proses melabel seseorang. Label adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Dengan memberikan label pada diri seseorang, kita cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada perilakunya satu persatu.
Dalam teori labeling ada satu pemikiran dasar, dimana pemikiran tersebut menyatakan "seseorang yang diberi label sebagai seseorang yang devian dan diperlakukan seperti orang yang devian akan menjadi devian". Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih seperti berikut "anak yang diberi label bandel, dan diperlakukan seperti anak bandel, akan menjadi bandel". Atau penerapan lain "anak yang diberi label bodoh, dan diperlakukan seperti anak bodoh, akan menjadi bodoh". Kalau begitu mungkin bisa juga seperti ini "Anak yang diberi label pintar, dan diperlakukan seperti anak pintar, akan menjadi pintar".


Pemikiran dasar teori labeling ini memang yang biasa terjadi, ketika kita sudah melabel seseorang, kita cenderung memperlakukan seseorang sesuai dengan label yang kita berikan. Misalnya, seorang anak yang diberi label bodoh cenderung tidak diberikan tugas-tugas yang menantang dan punya tingkat kesulitan di atas kemampuannya karena kita berpikir "ah dia pasti tidak bisa kan dia bodoh, percuma saja menyuruh dia". Karena anak tersebut tidak dipacu akhirnya kemampuannya tidak berkembang lebih baik. Kemampuannya yang tidak berkembang akan menguatkan pendapat/label orangtua bahwa si anak bodoh. Lalu orangtua semakin tidak memicu anak untuk berusaha yang terbaik, lalu anak akan semakin bodoh. Anak yang diberi label negatif dan mengiyakan label tersebut bagi dirinya, cenderung bertindak sesuai dengan label yang melekat padanya. Dengan ia bertindak sesuai labelnya, orang akan memperlakukan dia juga sesuai labelnya. Hal ini menjadi siklus melingkar yang berulang-ulang dan semakin saling menguatkan terus-menerus.
Sebagaimana yang disebutkan dalam kasus bahwa ketika kedua preman tersebut baru keluar dari penjara dan naik ke sebuah bis kemudian melakukan orasi untuk meminta uang kepada para penumpang yang ternyata mereka melakukan pemaksaan juga dengan alasan bahwa mereka harus melakukan perbuatan seperti itu agar mereka dapat makan. Ada pemikiran yang telah muncul dalam diri mereka bahwa mereka susah kembali ke dalam pergaulan masyarakat karena masyarakat telah menganggap mereka orang-orang brutal dan tidak bermoral karena keluaran penjara.
Dalam beberapa literatur, banyak ahli yang setuju, bahwa bagaimana seseorang memandang dan merasakan dirinya sendiri akan menjadi dasar orang tersebut beradaptasi sepanjang hidupnya. Preman yang baru keluar dari penjara tersebut memandang dirinya tidak baik dan akan mendekati orang lain dengan rasa tidak percaya diri dan memandang dunia sebagai tempat yang tidak aman, dan kebutuhan-kebutuhannya akan susah terpenuhi. Sementara orang lain yang merasa dirinya berharga dan dicintai akan cenderung memilih jalan yang mudah, berani mengambil resiko dan kelak berprestasi. Bagi kedua preman tersebut (termasuk orang-orang yang baru keluar dari penjara) pengalaman mendapatkan label tertentu (terutama yang negatif) memicu pemikiran bahwa dirinya ditolak. Pemikiran bahwa dirinya ditolak dan kemudian dibarengi oleh penolakan yang sesungguhnya, dapat menghancurkan kemampuan berinteraksi, mengurangi rasa harga diri, dan berpengaruh negatif terhadap kinerja seseorang dalam kehidupan sosial dan kehidupan kerjanya.
Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara penyimpang dengan agen kontrol sosial. Teori ini memperkirakan bahwa pelaksanaan kontrol sosial menyebabkan penyimpangan, sebab pelaksanaan kontrol sosial tersebut mendorong orang masuk ke dalam peran penyimpang. Ditutupnya peran konvensional bagi seseorang dengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder, khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali ke dalam peran sosial konvensional yang tidak menyimpang adalah berbahaya dan individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling, pemberian sanksi dan label yang dimaksudkan untuk mengontrol penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya. Pemberian sanksi sosial oleh masyarakat berupa anggapan bahwa kedua preman tersebut orang brutal dan tidak bermoral menyebabkan penyimpangan baru yaitu melakukan pemaksaan agar para penumpang bis itu mau memberi mereka uang. Intinya, ketika kita sudah melabel seseorang, kita cenderung memperlakukan seseorang sesuai dengan label yang kita berikan dan orang yang kita label juga akan menganggap dirinya demikian.


Tidak ada komentar:

Translate
TINGGI IMAN - TINGGI ILMU - TINGGI PENGABDIAN

Visitor