Jika Singapura punya semboyan 'Uniquely Singapore' maka Indonesia pantas punya semboyan 'Uniquely Indonesia'. Setidaknya itulah yang saya lihat sebagai warga negara Indonesia.
Apa yang tidak ada di Indonesia, mulai dari kolam lumpur terbesar di dunia, tempat pelacuran terbesar di Asia Tenggara, Tsunami terhebat di dunia, korupsi paling hebat di dunia, sampai dengan hal yang 'lumayan' bagus seperti masjid terbesar di Asia Tenggara, pantai yang termasuk salah satu paling indah di dunia dan lainnya.
Ada satu hal yang paling unik dari Indonesia menurut pengamatan saya sebagai orang awam. Indonesia terlalu senang memberitakan hal-hal yang buruk mengenai Indonesia ketimbang hal-hal yang baik kepada dunia luar. (Mungkin saya salah, tapi itulah yang saya rasakan).
Mulai dari masalah bencana, korupsi, pesta demokrasi yang hancur, hingga kemelut-kemelut yang ada lainnya. Tak perlu dibandingkan dengan zaman dulu. Bandingkan saja dengan negara tetangga Malaysia atau Singapura. Tak perlu saya sebutkan satu persatu, semua pasti tau. Jika saya lontarkan pertanyaan (Apakah bangga dengan kondisi Indonesia sekarang?). Saya merasa banyak yang akan menjawab tidak.
Kemajuan signifikan apa yang dialami Indonesia sekarang? Itulah uniknya indonesia, disaat semua dana sudah dikerahkan untuk menyelenggarakan pemerintahan (bahkan sampai berhutang) hasilnya tetap tak memuaskan. Siapa yang salah? Entahlah.
Sekarang mari bicarakan bulutangkis. Apa pemerintah sudah memperhatikan bulutangkis seperti negara lain memperhatikan perkembangan bulutangkisnya? The answer is no.
Sungguh ironi, disaat bulutangkis menjadi 'the one and only' cabang olahraga yang setia mengumandangkan Indonesia Raya di Olimpiade, tapi justru cabang inilah yang harus rela menerima bantuan sponsor untuk berangkat ke Piala Sudirman (baca kompas: Tim Piala Sudirman Indonesia Dapat Dana Rp 1 Miliar). Bagaimana dengan biaya pelatnas, sama saja perusahaan tak mau berbagi layaknya negara lain.
Inikah bukti negara indonesia adalah negara besar (dari segi wilayah iya) ataukah ini bukti pemerintahan sekarang sudah bertindak benar dan adil (think it your self guys). China tak mungkin sukses besar tanpa dukungan pemerintahnya. Inilah keunikan Indonesia lainnya.
Apakah sampai disitu saja? Eits, belum habis. Bulutangkis lagi-lagi jadi cabang yang seolah-olah dikecilkan, dan digadang-gadangkan kalau sudah menang. Tapi apa disetiap dalam perjalanannya dewasa ini pemerintah menjadi aktor dibelakang layar.
UHhhh, sedih kalau harus bilang tidak. Bandingkan dengan sepak bola. Sepakbola bagai anak emas tapi berbalur lumpur prestasi di indonesia. Tabloid BOLA pernah menulis dana 20 milyar berubah jadi rumput kering yang kuning karena tanpa hasil. Mungkin lain jadinya jika PBSI diberi dana seperti itu.
Tapi it's the destiny of Indonesian badminton. Mungkin sudah menjadi takdir juga bahwa berita bulutangkis menjadi hal yang sangat langka sekarang. Saya sebenarnya sudah lelah membicarakan hal ini. Tapi lihatlah Piala Sudirman. Siapa Malaysia dalam Piala Sudirman? bukan siapa-siapa. Tapi mereka memberikan bukti perjuangan tim mininya di lapangan lewat layar kaca. Menang atau kalah tak jadi soal. Bukan pemberitaan kacaunya Malaysia atau hal buruk lainnya yang menjadi head line.
Padahal jika dibandingkan dengan Indonesia, kita punya record jauh lebih bagus. tapi apakah masyarakat bisa merasakan perjuangan tim Indonesia di lapangan? Ohhhh tak akan. Pemerintah hanya peduli dengan dana utangan yang dikucurkan untuk pemilu yang amat carut marut dan berantakan. Sungguh memalukan.
Tapi inilah keunikan yang lain. Terkadang saya merasa lelah menunggu kapan siaran bulutangkis mengudara kembali. Tapi hal itu tak akan datang. Padahal saya sudah berlangganan Indovision. Tapi tetap saja merasa kecewa.
Saya juga kadang-kadang lelah harus berada di depan komputer berjam-jam hanya untuk melihat perpidahan skor lewat livescore di internet. Tapi apalagi yang bisa saya lakukan. Mungkin memang takdirnya begini. Biarlah masyarakat tak bisa melihat jatuh bangunnya pemain di lapangan, kucuran keringat pemain dilapangan, tapi saya yakin kita semua ikut berada disana, walau hanya dalam angan. (Sungguh saya berkaca-kaca ketika menulis ini).
Walaupun kecewa tapi ada dua hal yang tidak akan pernah membuat saya kecewa:
1. Kenapa saya tak pernah berhenti mencintai Indonesia?
2. Kenapa juga bulutangkis masih tetap ada dalam hati saya?
Dikutip: dari Milis Paryasop
Tidak ada komentar:
Posting Komentar