Pages

Selasa, 07 September 2010

MUDIK GRATIS




Hampir setiap lebaran mudik gratis menjadi impian ribuan penduduk ibukota yang ingin mengunjungi kampung halamannya. Mereka sangat berharap layanan mudik gratis ini ada karena dapat menghemat biaya ongkos sehingga uang yang tadinya dipakai untuk ongkos bisa dialihkan penggunannya ke yang lain, misalkan untuk beli oleh-oleh atau sebagai amplop untuk sanak-saudara di kampung. Apalagi dengan image merantau ke Jakarta maka seolah-olah kalau pulang kampung, sudah membawa uang yang banyak. Padahal penduduk kampung tidak tahu bagaimana realitanya mereka tinggal di Jakarta, yang penuh dengan perjuangan hidup.





Ada beberapa perusahaan atau instansi yang menyelenggarakan mudik gratis ini. Salah satu tujuannya adalah untuk mendapatkan simpati masyarakat atau untuk mendapatkan konsumen yang lebih banyak. Bisa juga sebagai pengalihan dana CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan/instansi sehingga pemanfaatannya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat.


Namun jika ditelisir lebih lanjut, ternyata layanan mudik gratis ini dilakukan oleh isntansi/perusahaan hanya lebih kepada penyaluran dana sebagai bentuk partisipasi sosial tanpa berupaya mengemas agar kegiatan mudik gratis bisa berjalan dengan baik. Artinya semua fasilitas harus disiapkan dengan baik sehingga tidak mengganggu perjalanan, misalkan kondisi bus harus baik, keadaan fisik sopir harus sehat dan berbagai persiapan lain yang perlu diperhatikan.




Namun untuk ukuran Indonesia, pelayanan demikianpun sebenarnya sudah membuat masyarakat senang dengan alasan pemikiran daripada tidak ada sama sekali. Menurut saya pribadi dalam penyelenggaraan mudik gratis ini, peranan Partai politik (parpol) tidak terlihat lagi atau tidak menunjukkan suatu aksi konkret lagi. Mereka seolah-olah lupa bahwa masyarakat sebagai konstituen mereka sangat membutuhkan program ini. Artinya bahwa kondisi ini menunjukkan sikap pragmatisme sebuah parpol yang sangat jelek. Ketika musim pemilihan umum parpol berduyun-duyun bak jamur di musim hujan berupaya dan berlomba-lomba membuat program mudik gratis. Mereka menyiapkan armada bus sebanyak mungkin dan mendesain bus dengan atribut partai masing-masing sehingga terlihat saling menonjolkan partainya. Bahkan tak dianggap kecil program ini, Ketua Umum Partai pun turut hadir untuk membuka acara mudik gratis ini. Dengan nada menggebu-gebu dan penuh semangat menyampaikan beberapa amanat kepada masyarakat bahwa parpol hadir untuk membantu masyarakat, menyampaikan kata-kata bijaksana yang membuat masyarakat sangat terhibur dan senang. Masyarakat pun menangkap pesan dan amanah itu dengan sukacita seolah suara pesan itu datang dari sorga sehingga sejenak mereka lupa akan persoalan dunianya, namun ternyata di alam realitanya mereka lupa bahwa mereka sedang didongengin seorang politisi pragmatis.


Persoalannya sekarang, bertepatan dengan hari Lebaran tatkala ribuan bahkan jutaan masyarakat ingin mudik ke kampung masing-masing, Parpol seolah-olah buta dengan situasi ini. Mereka tidak lagi peka terhadap kebutuhan masyarakat, seolah-olah mereka peka hanya tatkala mereka butuh saja. Sehingga saya berpendapat, jika Parpol sebagai sebuah lembaga politik yang nota bene sangat menentukan kondisi aras bangsa ini tidak bisa bersikap bijak dan konsisten maka bagaimana bisa bangsa ini bergerak maju? Karena lembaga atau institusi besar seperti parpol saja tidak bisa mengerti akan kondisi kebutuhan real masyarakat? Masih saja bersikap pragmatis?


Saya hanya berharap persoalan-persoalan ini bisa terjawab beberapa tahun ke depan. Mungkin tidak hanya sebatas program mudik gratis karena sebenarnya program ini sangat kecil untuk ukuran sebuah parpol, tapi lebih kepada konsistensi program parpol yang menyentuh langsung unsur lapisan masyarakat. Karena menurut saya bukan persoalan susah untuk melaksanakannya ketika ada niat dan kemauan murni untuk mewujudkan sebuah negara merdeka yang bergerak ke arah kemajuan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar