Minggu, 11 Oktober 2009

ADB Menyediakan Dana 3 Miliar Dollar AS

Nusa Dua, Kompas - Bank Pembangunan Asia atau ADB menyediakan dana stimulus 3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 11 triliun. Dana ini hanya digunakan oleh negara anggota ADB yang terkena dampak krisis ekonomi global. Fasilitas ini diberikan dengan suku bunga 1 persen per tahun.
Fasilitas pembiayaan ini lebih murah dibandingkan dengan fasilitas serupa yang diterbitkan saat Asia didera krisis moneter 1997. Fasilitas ini diberikan dengan suku bunga lebih rendah dari special programme facility (SPF). Ini digunakan sebagai fasilitas counter cyclical (menahan siklus penurunan ekonomi) yang disebabkan krisis global di Asia, ujar Presiden ADB Haruhiko Kuroda di Nusa Dua, Bali, Sabtu (2/5).
Suku bunga pinjaman lunak yang diberikan ADB sebesar 1 persen per tahun selama masa tenggang 8 tahun dan 1,5 persen setelah masa tenggang berakhir.


Pinjaman ini juga digolongkan lunak karena diberikan dengan masa pengembalian 32 tahun. Saat ini, Indonesia sudah tidak bisa mendapatkan fasilitas pinjaman lunak karena dianggap sudah tergolong negara berpendapatan menengah atau dengan penghasilan per kapita lebih dari 2.000 dollar AS per tahun.
Adapun untuk pinjaman komersial, ADB membebani dengan bunga LIBOR ditambah 0,2 persen. Jika saat ini LIBOR ada di level 1,5 persen, maka suku bunga pinjamannya adalah 1,7 persen per tahun.
Pembiayaan khusus
Di tempat terpisah, Dirjen Pelaksana ADB Rajat M Nag menyebutkan, dari 3 miliar dollar AS untuk stimulus fiskal tersebut, 1 miliar dollar AS di antaranya akan disalurkan dalam bentuk trade financing (pembiayaan khusus untuk pelaku usaha).
Selebihnya akan digunakan untuk membantu pemerintah di Asia untuk menambah kapasitas fiskalnya dalam menahan penurunan ekonomi. Ini disediakan untuk semua anggota ADB (saat ini ada 67 negara), termasuk Indonesia, papar Nag.
Dana 1 miliar dollar AS untuk trade financing diberikan kepada usaha kecil menengah yang terkena dampak krisis ekonomi global. Dana ini dimaksudkan untuk menambah modal usaha para pengusaha yang kesulitan akses pembiayaan ke perbankan.
Akibat krisis, likuiditas di perbankan mengering. Dampaknya, akses UKM ke sumber-sumber pembiayaan sangat terbatas. Untuk itu, kami menyediakan fasilitas trade financing, ujarnya.
Saat diterbitkan tahun 1997, penerima SPF dibebani suku bunga setara suku bunga antarbank yang berlaku di London (LIBOR) plus 400 basis poin.
Jadi, dengan LIBOR saat ini yang ada dilevel 1,5 persen, maka suku bunga SPF ada di kisaran 5,5 persen. Suku bunga ini jauh lebih murah dibandingkan imbal hasil yang harus dibayarkan Pemerintah Indonesia saat menerbitkan obligasi negara yang ada di level 9-11 persen, tetapi itu masih lebih mahal dibandingkan pinjaman komersial dan pinjaman lunak ADB.
Menurut Nag, kemampuan ADB memberikan tambahan fasilitas pembiayaan itu dimungkinkan setelah mendapatkan tambahan modal dari 55 miliar dollar AS menjadi 165 miliar dollar AS dari para pemegang sahamnya. Dengan begitu, ADB bisa menambah kucuran kredit masing-masing 5 miliar dollar AS pada tahun 2009 dan 2010.
Fasilitas 3 miliar dollar AS untuk stimulus fiskal itu sudah termasuk dalam tambahan kredit 10 miliar dollar AS dalam dua tahun ini. Dengan kenaikan modal ADB, kredit yang akan kami berikan bertambah dari 22,4 miliar dollar AS tahun 2007-2008 menjadi 32,6 miliar dollar AS pada 2009-2010, ungkap Nag.
Direktur Eksekutif Forum Lembaga Swadaya Masyarakat untuk ADB Red Constantino menegaskan, kenaikan modal ADB sangat berbahaya dan tidak bertanggung jawab.
Jika tidak dikelola dengan baik, kenaikan modal ADB ini bisa menyebabkan kenaikan kerusakan lingkungan dan sosial, tuturnya. (OIN/MH/BEN

dari:
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/05/03/04065978/adb.menyediakan.dana.3.miliar.dollar.as



Tidak ada komentar:

Translate
TINGGI IMAN - TINGGI ILMU - TINGGI PENGABDIAN

Visitor