Selasa, 26 Agustus 2008

kepemimpinan muda

Memasuki Pemilu 2009, wacana kepemimpinan golongan muda mulai berhembus. Dikotomi generasi kepemimpinan nasional mencuat dipermukaan dan hangat didiskusikan. Publik mulai pertanyakan efektifitas kepemimpinan golongan tua di segala lini kehidupan masyarakat, bersamaan dengan proses penantian panjang kepemimpinan golongan muda dalam berkiprah.

Kepemimpinan golongan muda, ditawarkan sebagai solusi, dengan asumsi, golongan muda memiliki semangat, progresifitas, kreativitas dan idealisme yang tinggi dan masih terjaga. Wacanapun terus bergulir dan menjadi topik yang kian marak diperbincangkan akhir-akhir ini, baik dalam diskusi politik di kalangan terbatas, maupun di sejumlah media massa, yang tentu saja tak luput menuai pro dan kontra.

Namun sangat disayangkan, politikus muda masih belum solid dalam melakukan konsolidasi, sehingga belum ada yang benar-benar serius berjibaku dengan massa, melemparkan ide-ide pembaharuan, lantas membalikkan opini secara cerdas dan matang. Sampai sekarang, belum ada tokoh muda yang berani mendeklarasikan diri sebagai calon presiden.

Muncul satu kesan, bahwa sebenarnya golongan muda butuh untuk didorong dari golongan tua untuk maju ke muka pentas calon presiden. Golongan tua diminta untuk menggelar karpet merah untuk golongan muda, supaya mau masuk dan bertarung di arena kepemimpinan nasional. Maka tidaklah heran jika golongan muda mendapatkan sindiran dari golongan tua bahwa golongan muda terlalu banyak meminta.

Mengutip pendapat salah satu tokoh bahwa pemuda lebih cocok mencipta ketimbang memutuskan, Lebih cocok bertindak ketimbang menimbang, lebih cocok menggarap proyek baru ketimbang proyek mapan.Orang Tua terlalu sering menolak, terlalu lama berunding, terlalu sedikit berbuat(Francis Bacon).Sungguh baik bila terpadu keduanya, karena problema bisa terpecahkan oleh nilainya.

Sebelum kita membandingkan siapa yang sebaiknya kita jadikan sebagai sosok yang patut di jadikan pemimpin, kita harus memahami konsepsi ideal yang seharusnya di bangun seperti apa pemimpin , kriteria pa yang harus dimiiki oleh pemimpin dan sebagainya. tentunya parameter usia bukan menjadi alasan mutlak seseorang bisa menjadi pemimpin tapi harus ada parameter-parameter penting seseorang bidsa dikatakan layak untuk memimpin. apa sih kepemimpinan itu?Mungkin dalam keseharian, kita sering menjumpai istilah ini, baik dalam lingkup kerja, organisasi, atau bermasyarakat. Pemimpin dan kepemimpinan itu berbeda, yaitu antara orang yang memimpin dan gaya atau cara memimpin untuk mencapai tujuan. Lantas ada pula pertanyaan, apakah pemimpin dengan sendirinya memiliki kepemimpinan?

Lebih jelas mengenai definisi ini, saya akan mengutip pendapat pakar mengenai istilah ini.Schneider, Donaghy dan Newman memberikan penegasan sebagai berikut:

Pemimpin didefinisikan sebagai seseorang yang secara formal diberi status tertentu melalui pemilihan, pengangkatan, keturunan, revolusi atau cara-cara lain. Kepemimpinan mengacu kepada

prilaku yang ditunjukkan seseorang atau lebih individu dalam kelompok yang membantu kelompok dalam mencapai tujuannya.

Dari definisi tersebut, maka jawaban untuk pertanyaan diatas relatif. Bisa dikatakan ya, dan bisa juga tidak. Dikatakan Ya karena memang setiap pemimpin memiliki gaya dan cara yang berbeda-beda dalam memimpin. Dan dikatakan tidak apabila dalam memimpin, orang tersebut tidak berhasil membawa kelompoknya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Kembali lagi kepada pokok pembicaraan semula. Bahwa berbicara kepemimpinan berarti kita berbicara masalah prilaku, gaya atau cara. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka ada 3 ciri pokok dari kepemimpinan,

yaitu :Persepsi sosial, Kemampuan berpikir abstrak, dan Keseimbangan emosional. Tiga hal inilah yang akan kita bahas dalam kaitannya *Antara Kepemimpinan Kaum Muda dan Tua*.

1. Persepsi Sosial adalah kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Hal ini mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

2. Kemampuan berpikir Abstrak, yang berarti memiliki kecerdasan yang tinggi. Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan menafsirkan, menganalisis dan bahkan insting yang kuat dalam menghadapi suatu keadaan. Disini, dalam mengambil suatu keputusan

atau kebijakan, pemimpin harus mengambil suatu resiko.

3. Keseimbangan emosional. Hal ini tentunya sangat penting ketika seorang pemimpin menghadapi masalah. Pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang sanggup mengendalikan emosinya, dan bukan dia yang dikendalikan oleh emosi.

Dari ciri tersebut, jika dilihat secara obyektif nampaknya Kaum tua lebih mendominasi ketiganya meskipun tidak semua. Dalam mengambil keputusan, Kaum tua lebih banyak berpikir berdasarkan pengalamannya, sehingga kemungkinan resiko kegagalan sedikit banyaknya

dapat diminimalisir. Kaum tua juga memiliki persepsi sosial dan stabilitas emosional yang cukup baik, mungkin karena faktor kedewasaan, pengalaman dan kematangan pemikiran. Biasanya dalam menilai orang lain dalam kelompoknya, ia lebih cenderung bercermin kepada dirinya

sendiri.Namun, jika kita bertolak kepada kepemimpinan Kaum Muda, ada beberapa ciri yang dapat saya kemukakan, yaitu:

1. Lebih antusias dan bersemangat

2. Cenderung lebih egois dan menang sendiri, yang sangat erat kaitannya dengan stabilitas emosi.

3. Bertindak dengan orientasi pada hasil dan prestasi untuk mendapatkan pengakuan

4. Terlalu cepat dalam mengambil keputusan, atau berani Gambling

5. Bertanggung jawab

Dari ciri pokok ini, Kepemimpinan muda memang masih jauh untuk memenuhi ketiga ciri pokok yang telah saya sebutkan diatas. Namun, beberapa ciri positif yang dimiliki Kaum muda ini tidak dimiliki oleh kepemimpinan kaum tua, dimana ketika kedua golongan leadership ini dikonvergensikan, akan menciptakan kepemimpinan yang lebih Solid ketimbang kepemimpinan yang didominasi oleh kaum tua saja, seperti yang terjadi di negara kita sekarang.Jadi menurut hemat saya, sangatlah pantas apabila Kaum muda diberi kesempatan untuk mengemukakan apresiasinya dan atau memberikan gaya yang berbeda dalam memimpin.

Regenerasi kepemimpinan muda memang tidak bisa dengan paksaan, sudah bukan jamannya lagi. Semua perlu proses, dan pembuktian diri adalah menjadi kata kunci melewati proses tersebut. Karena rakyatlah yang akhirnya menentukan siapa sesungguhnya yang diperlukan dan yang pantas memimpin. Semua meski lapang dada membuat kesimpulan jauh-jauh hari, bahwa yang terpilih adalah the best choice dari rakyat, entah dia golongan tua ataupun golongan muda, kita harus legowo menerima dan mendukungnya demi kemaslahatan bangsa dan negara kedepan.

दिकुतिप दरी ब्लॉग sebelah

Tidak ada komentar:

Translate
TINGGI IMAN - TINGGI ILMU - TINGGI PENGABDIAN

Visitor