Semakin tua usia bangsa ini, semakin kompleks pula polemik yang dihadapi. Mereka datang silih berganti tanpa peduli taring siapa yang sedang menancap kokoh di pemerintahan ini. Mulai dari Presiden kita yang pertama Ir. Soekarno s.d masa pemerintahan SBY sekarang tetap saja bercokol dan merongrong. Satu hal yang pasti mereka mampu mengubrak-abrik system Negara ini jika kita dalam posisi yang lemah (kecenderungan posisi kita).
Persoalan-persoalan yang dihadapai bangsa ini bukan sekedar pesoalan yang bisa ditepis begitu saja, tapi butuh pemikiran dan perhatian ekstra untuk bisa mengatasinya. Pemerintah pusing tujuh keliling mengatasinya, hingga belakangan ini aku dengar kalau beliau (Pak SBY) sedang sakit sehingga dilarang oleh tim kedokteran presiden untuk bicara banyak. Tapi satu pertanyaan yang selalu mengganjal di hati aku, benarkah kita sudah benar serius mau (malu) keluar dari polemic ini? Apa yang telah kita lakukan?
Dua minggu yang lalu pemerintah resmi menaikkan harga BBM dan banyak reaksi dan aksi yang timbul dari segenap lapisan masyarakat khususnya mahasiswa. Dimana-mana ada demo. Mereka menuntut agar pemerintah mencabut kebijakan kenaikan BBM. Mereka demo ke kantor DPRD, DPR, Menteri ESDM, Presiden dan instansi lain. Tindakan yang diambil oleh massa tersebut merupakan suatu bentuk protes atas sikap pemerintah yang tidak melindungi rakyatnya. Tapi jika kita kaji secara akademis, wajarkah aksi yang mereka lakukan? Seandainya kita Tanya rekan-rekan yang demo itu, seberapa banyakkah diantara mereka yang benar-benar paham apa tujuan demo yang mereka lakukan? Tahukah mereka apa penyebab naiknya harga minyak? Tahukah mereka bagaimana kondisi keuangan Negara ini? Benarkah mereka tidak butuh BLT? Sebenarnya sebagian besar masih buta, dan mereka hanya ikut-ikutan saja. Alangkah lebih bagus jika kita melaksanakan demo sesuai dengan prosedur/system yang ada. Karena itu adalah fungsi control dari mahasiswa terhadap pemerintah sekaligus politik nilai yang hidup dari kampus. Mahasiswa adalah kekuatan besar yang sangat ditakuti pemerintah. (mahasiswa takut sama dosen, dosen takut sama dekan, dekan takut sama rektor, rektor takut sama presiden, dan presiden takut sama mahasiswaà lingkaran setan).
Polemik baru yang muncul berkenaan dengan kenaikan BBM ini adalah adanya anggaran dari APBN sebesar (kurang ingat jumlahnya) yang disebut denganBantuan Kesejahteraan (khusus) Mahasiswa. Mengapa aku sebut sebagai polemik? Karena berita ini muncul ketika mahasiswa sedang rajin-rajinnya berdemo. Sehingga ada anggapan dari sebagian orang bahwa pemerintah sengaja mengeluarkan kebijkan ini untuk meredam amarah mahasiswa yang berdemo. Padahal sebenarnya BKM tersebut sudah dianggarkan dalam APBN. Akan tetapi rumor yang beredar dalam masyarakat adalah hal yang negatif.
Nah, selaku mahasiswa tugas kita adalah meluruskan rumor tersebut bagi mereka yang menanggapinya secara negatif bukan malah justru menjelek-jelekkan pemerintah. Karena bukan waktunya lagi sekarang berbuat aneh demikian. Kini saatnya kita membangun bersama demi mancapai Indonesia maju.
Salam Perjuangan
SINURAT MEKAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar