Pages

Jumat, 11 Februari 2011

THE WINNER IS BANDIT

Hampir sebulan menjauh dari media massa, baik itu internet, TV dll, rasanya "aman, tenteram dan bahagia". Apalagi di 2 akhir pekan terakhir sempat menyaksikan keajaiban alam di kiri kanan Bukit Barisan. 2 minggu lalu, saya pergi ke Karimun untuk menyaksikan cadangan timah terbesar di dunia milik negeri ini. Seminggu kemudian, yakni akhir pekan lalu, saya beranjang sana ke negeri Pagaruyung untuk menyaksikan keajaiban lainnya yakni berupa fenomena alam yang luar biasa. Saya sampai speechless menyaksikan pemandangan Danau Maninjau dari wilayah Embun Pagi di Kelok 43. Luar biasa deh pokoknya, nanti foto-fotonya ta' upload. Semept juga melirik-lirik media massa, ada juga kerinduan tersirat untuk menorehkan pena lagi berkisah tentang Ibu Sri Mulyani, Susno Duadji dll. tapi nanti sajalah semoga belum keburu basi.



Prihatin dengan nasib Bu Sri Mulyani. Beliau telah 'diadili secara politik" secara tidak fair dan kini "dipaksa" memilih menjadi Managing Director Bank Dunia. Jabatan itu memang sangat bergengsi, namun menilik kepribadian dan historis Bu Sri Mulyani, saya yakin beliau lebih suka dan ingin mengabdikan tenaga dan pikirannya secara langsung kepada negerinya sendiri. Beliau juga adalah seorang yang dekat dengan keluarga. Saat purtis ulungnya hendak kuliah ke LN, beliau meminta sang putri agar memilih Aussie, supaya dekat dan mudah ditengok kapan saja. Anak keduanya yang sudah lulus PMDK di UGM dan kini dapat di FK UI, juga membuat beliau happy karena bisa selalu dekat dengan anak-anaknya. Anak beliau pun protes karena menganggap sang ibu tidak fair, ketika dengan begitu saja memilih pergi ke Washington DC untuk bekerja di Bank Dunia.



Kalau tidak ada tekanan yang begitu besar, rasanya wanita yang tegas, jujur dan berani, yang dikenal sebagai seorang profesional tulen, tidak akan memilih sesuatu yang jauh dari pikiran dan nuraninya. Korang Singapore pun di headline secara tegas menyindir, dengan mengatakan Dunia mendapatkan keuntungan dan indonesia mendapatkan kerugian. Begitu "bodohnya" negeri kita melepaskan seseorang yang pernah mendapatkan predikat sebagai Best Finance Minister di Asia, bahkan di dunia. Di bawah Bu Sri, Raiso utang kita bisa ditekan dari 57% terhadap PDB menjadi hanya 27% dalam jangka waktu 5 tahun. Inflasi bisa ditekan ke level rendah hanya 5.3% saja, kurs rupiah pun stabil di kisaran 9000-an per USD. PDB kita kini sudah mencapai 6253,8 trilyun, dengan pertumbuhan ekonomi 5,8%. Indonesia merupakan satu dari sangat sedikit negeri selain Cina dan India, yang bsia selamat dari badai krisis ekonomi dunia di akhir 2008 lalu.



Bukan Indonesia "yang bodoh", namun sebagian dari orang kita, yang sayangnya memegang otoritas di situ. Nasib Bu SMi, mirip dengan Pak BJ Habibie, yang kini tinggal di Jerman. Ya, buat apa di Dalam negeri dan dikuyo-kuyo tidak jelas. Bu Sri Mulyani adalah profesional yang tidak terkait dengan kepentingan politik. Namun di negeri kita terlalu banyak kepentingan yang bermain. Kebijakan penyelamatan yang diputuskannya tentulah bukan tanpa resiko, dan beliau sudah memeprhitungkannya masak-masak. Hasil akhirnya, kita semua selamat dari badai ekonomi, tapi kenapa ini tidak dilihat? tentang hal adanya penyimpangan dalam kasus bailout Bank century, itu adalah kasus terpisah dan masuk ranah pidana kepada orang yang melakukannya secara langsung, seperti manajemen Bank Century dll.



Sungguh menggelikan, dan saya pribadi dari dulu sudah menebak ending dari pansus Bank Century. Di awal kerjanya, kesimpulan akhir sudah dibuat. Yakni, yang pertama, Bu SMI dan Pak Boed adalah bersalah dalam bail out Bank century, apapun alasannya. Yang kedua, Partai Demokrat tidak menikmati penyimpangan bail out Bank Century. Ha ha, jauh-jauh hari, saya yang orang biasa sudah bisa menebak ending dagelan memalukan yang buang-buang biaya banyak itu. Bu SMI adalah bukan orang politik, jadi buat PD gak masalah bila dikorbankan, yang penting Babe gue gak diutak-atik. Untuk yang kedua, semua tenggang rasa lah, apa jadinya kalau ditemukan penyimpangan dana ke parpol. Bisa runyam dong. Duit segitu gedenya, ngalir ke laut kali yee kalau gak ada yang nampung. Capek deh, yang bikin jengekl kok rasanya kita semua kayak orang bodoh yang mudah dibodoh-bodohi yah.



Satu hal yang membuat saya salut dan kagum adalah "kelihayan" Golkar. Sejatinya pemenang dari semua ini adalah Golkar. Parpol berwarna kuning ini boleh jadi memang menjadikan Bu SMI sebagai TO alias target operasi. Bu SMI berseteru dengan bos mereka dalam kasus Pajak, suspensi saham, Lapindo, Newmont dll. Golkar sendiri, konon menurut sebagian pengamat, memang mengincar kursi Menkeu. Minimal Menkeu berikutnya gak macem-macemlah. Mungkin saja pesan dari parlemen kita, Liat nih Bu SMI yang kelas dunia aja bisa diginiin, apalagi cuma elo yang penggantinya dan belum punya nama, jadi jangan macem-macem yeee. he he, gila memang lama-lama kita ini. Ketika PD dan PDIP berebut jadi ketua pansus Century, Golkar bermain "cantik". Mereka bilang kalau PD yang naik, nantinya keputusan akhir akan pro Pemerintah. Tapi kalau PDIP yang naik, nantinya keputusan akhir akan anti pemerintah. So, Golkar saja yang jadi ketua sebagai jalan tengahnya. Akur kan?



Ha ha, Golkar pun sukses memanfaatkan PDIP, Hanura, Gerindra dan bahkan PKS dan PPP untuk menggolkan tujuan mereka. Akhirnya secara politik Bu SMI bersama dengan Pak Boed, divonis bersalah. Kehadiran mereka pun diboikot di Parlemen. Parlemen pun memanas-manasi pelengseran terutama Bu SMI. Media massa yang dimiliki orang golongan kuning ini, yakni Metro TV dan TV One, tak henti-hentinya mengulas semuanya. Kini Golkar pun menang, apa yang mereka targetkan telah tercapai. Setelah sukses, mereka balik menempel ke PD, bahkan kini ada yang namanya Sekber, yang dalam pikiran banyak orang adalah sebuah paguyuban lucu untuk bagi-bagi jatah dan kekuasaan. PDIP, Gerindra dan Hanura serta PPP dan PKS gak dapat apa-apa, dan cuma dipakai doang. Bahkan PKS dan PPP mungkin akan dimarjinalkan di koalisi. Begitu cantiknya permainana parpol tertua di Indonesia. Ataukah begitu bodoh dan naifnya partai-partai lain. Buat PD, hmm payah, kesannya "cari aman" doang.



Begitulah akhir dari dagelan yang menggelikan dan lebih lucu dari Opera Van Java. Sedih dan miris karena yang menang di negeri ini adalah para "bandit-bandit" juga. Prihatin juga, ternyata kini "bandit-bandit" baru mulai terkuak dan semua parpol itu ternyata adalah setali tiga uang. Negeri ini rusak karena bandit-bandit dan juga karena lemah dan lembeknya kepemimpinan. Susahnya kalau pemimpin kita hanya mau selalu cari aman dan Jaim (Jaga Image). Masak sih seorang pemimpin bisa bilang, saya gak tau keputusan itu jadi saya tidak bertanggung jawab. Kalau hasilnya gak enak, ngomongnya begitu, tapi kalau hasilnya enak, langsung deh rame-rame mengklaim paling berjasa. Capek deh. Kalau ada bawahan saya mengambil keputusan kritikal tanpa sepengetahuan saya, dah pasti ta' pites dia. Masak sih keputusan sevital bail out Bank Century, sampai gak tau? Adalah alasan terburuk yang pernah saya dengar bahwa orang ybs menyanjung Bu SMI tapi tidak berupaya mempertahankannya. Lucu dan kontradiksi. Sudah jelas dari statemen itu, Bu SMI menjadi beban dari pemerintahan yang dipimpinnya.

Okelah kalau Begitu. Kenapa saya "mengasingkan diri" dari berita-berita polhukan akhir-akhir ini? Jawabannya adalah sudah muak dan capek dengan semua dagelan itu. Saya tau ini tidak akan membantu atau menyelesaikan permasalahan bangsa. Tapi paling gak bisa mewakili kesebelan sebagian orang akan dagelan yang terlalu kasar dan lucu, yang endingnya norak dan bisa ditebak sejak awal. Lebay dan Alay, begitu kesimpulan akhirnya. Buat Bu SMI, apa mau dikata nasib Ibu dah begitu. Paling gak semua besorak, satu lagi mungkin capres wannabe sudah bisa disingkirkan. Paling gak saat ini para bandit-bandit itu tak terganggu lagi. Walau begitu Bu SMI sudah mengeaskan bahwa sreformasi birokrasi yang digagasnya adalah untuk sistem dan tak etrkiat dengan figur tertantu, jadi ada atau tidak figur itu, reformasi bisa terus berjalan. Good de, menuju Good Corporate Governance. Walau hati ini masih mangkel, karena untuk saat ini, "The Winner is Para Bandit". Entah bagaimana keesokan hari, moga-moga Indonesia menjadi lebih baik.


Sutralah, mending mikirin hal lain, tentang jalan-jalan gitu misalnya. Semoga istilah "Bandit" di atas tidak membuat kuping jadi panas. Ini cuma pelampiasan emosi saja karena kejengkelan yang sudah menumpuk. Anyway, ini hanya sebuah opini pribadi. Keep Peace dan Majulah Indonesiaku. Then, ada atau tidak ada Bu SMi, ekonomi Indonesia tidak akan kiamat, namun sayang sekali satu lagi putra terbaik bangsa sudah hilang dalam genggaman karena kekonyolan sebagian dari orang-orang kita.

Wassalaam

Disalin dari sebuah milis,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar