
Pergumulan demi pergumulan kita lewati. Drimu yang jauh di seberang menjadi tantangan terbesar dalam hubungan ini. Setiap malam ku selalu merindukan hadirmu, dalam kesendirian ku selalu berharap kau ada di sampingku untuk menemani. Di saat aku sakit ku berharap kamu ada untuk menjagaiku. Di saat aku terjatuh ku berharap kamu ada untuk mengangkat ku kembali. Tetapi perhatian yang telah kamu berikan selama ini telah mampu menjawab pergumulanku.
Doa sama kita lalui berbulan-bulan untuk menguatkan hati. Memberi kuasa kepada Yang Maha Agung untuk membantu menjawab semua pergumulan yang ada. Begitulah waktu demi waktu kita lewati. Bersama Firman Tuhan di kala selesai kebaktian menghiasai hati kita, itu semua membulatkan tekadku akan cintamu. Dan sejujurnya aku telah yakin seutuhnya akan cintamu. Kerinduan yang kumiliki tak terbendung lagi, aku ingin bertemu diri. Di tengah kesibukanku aku berusaha untuk bertemu dirimu.
Menplaz menjadi saksi pertemuan kita. Aku begitu senang, gembira dan tak tertahankan rasa rinduku. Ingin saat itu aku memeluk dirimu tapi rasanya tidak mungkin di tengah keramaian. Akhirnya kita ngobrol sambil melepas rindu dan jantungku berdegup kencang, yang aku sendiri tak tahu kenapa bisa seperti itu. Tapi aku berusaha bersikap biasa di hadapanmu, kuperhatikan wajahmu yang manis, senyummu yang memesona seolah mengajak aku untuk tidak mau berpisah dari dirimu.
Namun dibalik semua rasa yang aku miliki timbul pertanyaan-pertanyaan yang sampai detik ini belum bisa kujawab. Kenapa kamu menyambut diriku seperti itu? Apakah ada yang salah dengan caraku? Apakah ada yang salah dengan penampilanku? Apakah aku tidak sopan dan masih banyak lagi pertanyaan yang timbul, mengalir seperti sungai menuju muaranya. Tapi aku berusaha tenang dan kusimpan semua pertanyaan itu dalam benakku.
Beberapa hari kita melewati waktu bersama di kotamu. Kita pergi mengunjungi beberapa tempat. Tantangan berat aku jalani, hujan yang turun tidak menyurutkan langkahku, tapi haruskah selama berjam-jam menunggu hadirmu? Kucoba untuk bersabar saat itu. Ketika aku kembali ke tempat perantauanku, kuberharap dirimu bisa menemaniku menuju bandara. Kutunggu hadirmu tidak ada, dan aku masih berusaha untu sabar walau hati kecil ini sudah menangis, menjerit mendengan alasan ketidakhadiranmu.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar