Selasa, 25 Mei 2010

Sekjen : HKBP Membutuhkan Pelayan Berdedikasi Tinggi

Ini adalah sebuah refleksi dari Ebenezer Lumbangaol salah seorang peserta Latihan Persiapan Pelayan (LPP) I Calon Pelayan Pendeta, Guru Jemaat, Bibelvrouw dan Diakones yang diadakan tanggal 8-22 Pebruari 2010 di Seminarium Sipoholon.

Sekjen : HKBP Membutuhkan Pelayan Berdedikasi Tinggi

Salah satu kekurangan mendasar pelayan gereja adalah kesombongan dan kemunafikan. Kesombongan muncul dari perasaan lebih tahu dari orang lain. Sedangkan kemunafikan muncul akibat lunturnya idealisme oleh realitas medan pelayanan yang amat berbeda dengan gambaran ideal yang dibayangkan sebelumnya.

Demikian Sekretaris Jenderal HKBP Pdt. Ramlan Hutahaean, MTh saat menyampaikan pesan pemberangkatan kepada peserta Latihan Persiapan Pelayanan (LPP) I calon pelayan HKBP di Seminarium Sipoholon (20/1).

Di tangah-tengah dinamika pelayanan yang semakin kompleks itu HKBP membutuhkan pelayan-pelayan berdedikasi tinggi, memiliki integritas serta tidak mementingkan diri sendiri. Pelayan HKBP diharapkan mampu berhadapan dengan semua tantangan, tidak melarikan diri dari masalah dan tanggung jawabnya. Pelayan berdedikasi adalah mereka yang tidak cengeng, suka mengeluh dan mudah menyerah.





“Atasi kelemahan di masa lalu dan siapkan diri menjadi pelayan di masa depan. Tunjukkan bahwa anda sudah siap melayani dan bertekad menjadikan pelayanan HKBP lebih baik di masa depan. Anda adalah domba yang akan bertemu singa. Bukan sebaliknya,” pesan Sekjen.

Saat memulai pelayanan adalah saat yang sama dengan dimulainya interaksi dengan banyak pihak dengan berbagai kebutuhan dan kepentingan. Di sana para pelayan yang tidak berdedikasi seringkali mengalami pembusukan idealisme. Pelayan terjebak oleh penilaian-penilaian emosional, rasa suka tidak suka, terperosok dalam pengelompokan yang menganggap pihak lain sebagai musuh yang harus ditaklukkan.

”Saya ingin anda semua sudah siap. Di dalam pelayanan yang sesungguhnya anda akan bertemu dengan orang-orang yang belum tentu mendukung dan menyukai anda. Oleh sebab itu anda harus mampu berkomunikasi dengan semua pihak,” demikian Sekjen.
Menurut Sekjen komunikasi yang baik menghasilkan usaha pemecahan masalah yang dapat diterima semua pihak. Di sana pelayan tidak lagi berusaha menyebarluaskan masalah apalagi dengan cara-cara yang kontraproduktif.

Menurut Sekjen salah satu cara yang bijak dalam berkomunikasi secara efektif adalah dengan melakukan refleksi terhadap segala informasi yang diterima. Tidak menelan bulat-bulat. Seperti ajaran Yesus, pelayan harus cerdik dan bijak menguji semua informasi. “Manis jangan ditelan, pahit jangan dibuang,” pesan pendeta yang telah berpengalaman melayani lebih dari 25 tahun itu.

”Anda harus lebih baik dari yang sekarang. Kritisi dulu diri sendiri. Selebihnya adalah mendengar, memperhatikan dan mempelajari situasi di sekeliling jemaat. Jangan langsung mengkritik. Mata guru, roha sisean,” pesan Sekjen.

Penempatan adalah Pengutusan
Pada bagian lain, Sekretaris Jenderal HKBP menandaskan bahwa penempatan pelayan adalah pengutusan Tuhan melalui HKBP. Oleh sebab itu semua calon pelayan HKBP harus memahami bahwa penentuan tempat pelayanan tidak didasarkan kepada kedekatan relasi atau kepentingan tertentu. Pelayan diharapkan menerima dengan gembira penempatan itu.

”Buang curiga dan rasa tidak suka, tidak ada kolusi dalam penempatan pelayan di HKBP. Semua didasarkan semata-mata kepada kebutuhan pelayanan. Semua daerah pelayanan adalah sama sebagai wilayah pengutusan oleh Tuhan,” ujar Sekjen.

Dengan kesadaran sebagai pengutusan Tuhan maka pelayan harus memiliki kesadaran bahwa tugas pelayanan adalah tugas spiritual. Oleh karena itu semua pergumulan dalam pelayanan sejatinya menjadi pergumulan rohani yang tidak perlu dialihkan menjadi perdebatan dan tarik-menarik kepentingan duniawi.

Sebagai pengutusan maka tugas-tugas calon pelayan harus memiliki bekal utama yakni disiplin. Disiplin dimulai oleh sebuah kesadaran untuk menempatkan diri dengan tepat di dalam struktur organisasi pelayanan HKBP.

”Sesudah sampai di jemaat, segera pelajari dan pahami struktur pelayanan dan realitas jemaat setempat, hormati pendeta ressort yang menjadi mentormu dan berinteraksi dengan baik. Jangan justru menjelek-jelekkan dan menyebarluaskan ketidakpuasan anda ke semua orang. Pelajari dan pahami segala sesuatu dengan hati-hati dan pelan-pelan. Seperti mobil baru, jangan langsung dikebut,” kata Sekjen beranalogi.

Disiplin pribadi juga berarti loyalitas kepada organisasi HKBP. Loyalitas dimaksud dihasilkan melalui ketaatan kepada kaidah-kaidah administratif. Untuk itu Sekretaris Jenderal HKBP menekankan agar para calon pelayan melatih diri menjadi pribadi yang administratif.

”Jadilah pribadi yang terpercaya. Terpercaya berarti kemampuan menepati janji, memiliki integritas dan tidak mengenal kompromi terhadap penyimpangan administrasi yang terjadi di jemaat,” tegas Sekjen.

Penekanan Sekjen terhadap disiplin organisasi dan administrasi ini tidak terlepas dari usaha HKBP menjadikan diri sebagai organisasi yang tersusun dengan rapi. Di dalamnyaterkandung semangat menata diri dalam kaidah-kaidah organisasi yang transparan dan akuntabel. Semangat demikian adalah roh dari Tahun Penatalayanan HKBP 2010 yang telah diluncurkan baru-baru ini.
(Ebenezer L. Gaol)



2 komentar:

Nanu mengatakan...

Bagus sekali.

mekar sinurat mengatakan...

okaii..
terimakasih atas tanggapannya.
Tuhan Memberkati

Translate
TINGGI IMAN - TINGGI ILMU - TINGGI PENGABDIAN

Visitor