Tak terasa telah lama aku tertidur di ruangan ini
Ruang yang dulu aku anggap mampu membuat aku besar
Ruang yang aku pikir aku bisa berdinamika, bereksperimen, berdialog, berdiskusi, belajar teologi, semuanya...
Hingga bisa membentuk kepribadian dan karakterku secara utuh
Huhhh.... tak harus menyesal
Itu prinsip yang tiba-tiba terbersit ketika aku terbangun dari tidur
Kuteguk kopi pahit yang ada di meja bambu
Tak biasanya aku menikmati kopi di ruangan ini
Tapi entah kenapa saat ini aku ingin meneguknya
Pertanda bahwa senua rasa itu harus aku jalani
Kulayangkan pandanganku ke luar
Huuhhh macet dimana-mana
Dan gerimis mulai menyirami kotaku
Tersadar bahwa esok adalah hari libur
Sehingga lajim bagi kotaku untuk macet
Saat itu aku berenung.... lama dan aku terdiam
Di tengah kebisuanku aku terkaget
Aku melihat bahwa panji-panji tubuhku hilang sebagian
Tak sadar kemana pergi atau diambil seseorang
Kucoba mencari di rak-rak kosong
Kubuka lemari-lemari tua tempat file-file usang masih tersimpan
Laci-laci meja kubuka dan setiap sudut kugeledah
Kesimpulannya panji-panjiku telah hilang
Aku kembli duduk di kursi bambu yang udah reot
Kusandarkan punggungku ke badan kursi
Mencoba duduk sempurna walau terasa sakit
Namun harus kupaksakan untuk merasa nyaman
Kuteguk lagi kopi pahit yang masih sisa
Membuat tenggorokanku merasa disiram oleh air kehidupan
Sesaat pikiranku tercerahkan
Seolah-olah membuka cakrawala berpikirku
Banyak terlintas kata, kalimat, umpama, peribahasa, kata-kata bijak dan semuanya itu
Tapi saat itu hanya satu yang bisa kutangkap
“tak harus sempurna tubuhmu jika kamu ingin melayani’
Itulah kalimat yang berhasil kutangkap dan segera kutuliskan di hatiku dengan tinta emas
Agar jangan pernah hilang atau terlepas dimakan waktu
Aku tersadar bahwa panji-panji tubuhku yang hilang
Tidak sepatutnya menjadi alasan bagiku untuk kembali tertidur dan diam di ruangan ini
Kukencangkan sepatuku, kupasangkan ranselku dan akupun melangkah keluar
Aku telah siap melayani dengan kekuranganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar